Monday 23 November 2015

TABEL BILANGAN ACAK GOMEZ “STATISTICAL PROCEDURES FOR AGRICULTURAL RESEARCH” UNTUK PENELITIAN

Selamat pagi vroohh, kamu sedang mencari tabel bilangan acak  milik Gomez ini pasti kamu lagi penelitian atau jika kamu mahasiswa pasti lagi berjuang dengan skripsimu hehe…. Ebook yang berjudul “STATISTICAL PROCEDURES FOR AGRICULTURAL RESEARCH” karya Gomez ini berisi tabel bilangan acak (Hal. 641) yang biasa digunakan para peneliti untuk mengacak urutan ulangan sampel penelitian. Untuk cara penggunaan tabel bilangan acak ini silahkan cari literatur yang valid, saya disini hanya membagikan Ebook milik Gomez, link download ada dibawah
DOWNLOAD DISINI (11,9 MB)
BILANGAN ACAK
Semoga bermanfaat dan sukses untuk penelitiannya

Tag : Tabel Bilangan Acak, Tabel Gomez 1995, Tabel Acak

Tuesday 17 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT (IDENTIFIKASI JENIS LAMUN DAN UJI KUALITAS AIR DI PERAIRAN PANTAI TANJUNG TIRAM)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
IDENTIFIKASI JENIS LAMUN DAN UJI KUALITAS AIR DI PERAIRAN PANTAI TANJUNG TIRAM
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATE-MATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
 
 
lamun
Ilustrasi Lamun

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Laut yang ada di Indonesia lebih luas dari daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Banyak daerah di laut dangkal yang diliputi oleh tumbuhan “rumput” air yang lebat, yang secara umum disebut rumput-rumputan laut (lamun). Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup terendam di dalam air laut.
 
Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut merupakan satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk menghangkut gas dan zat-zat hara. Salah satu bentuk kekayaan flora di perairan Indonesia yaitu adanya tumbuhan lamun. Lamun adalah satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga yang hidup dilingkungan laut.
 
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Fungsi-fungsi di dalam ekosistem ini pun harus berlangsung dalam satu satuan rangkaian dimana satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Semua ekosistem selalu terbuka, sebab semua ekosistem mempunyai batas-batas yang nyata. Ada energi dan bahan-bahan yang terbentuk didalamnya yang terus menerus keluar dari ekosistem setelah digunakan oleh organisme yang hidup didalamnya.Tempat hidup sekelompok makluk hidup disebut habitat. Makro habitat dibagi atas habitat darat dan habitat air.
 
Lamun sangat berperan dalam ekosistemnya yaitu dalam hal dapat menstabilkan garis pantai karena lamun ini memiliki akar yang terjalin dengan kuat sehingga dapat menstabilkan substrat yang ada agar tidak cepat tererosi oleh arus maupun gelombang air laut.Selain itu juga fungsinya dalam mempertahankan kehidupan dari biota-biota laut seperti ikan dalam bentuk juvenille karen lamun ini berfungsi dalam hal nursery ground, feeding ground, dan spawning ground. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal, seperti halnya rumput didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut yang lainnya. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk menghangkut gas dan zat-zat hara.
 
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Keberadaan ikan-ikan tersebut perlu dijaga kelestariannya, terutama jenis-jenis ikan penting yang hidup di daerah padang lamun. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dianggap penting untuk melakukan Identifikasi Jenis Lamun Dan Uji Kualitas Air Di Perairan Pantai Tanjung Tiram.
 
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram yaitu :
1. Bagaimana mengidentifikasi Jenis Lamun di Perairan Pantai Tanjung Tiram?
2. Berapa hasil pengukuran uji kualitas air pada Perairan Pantai Tanjung Tiram?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi Jenis Lamun di Perairan Pantai Tanjung Tiram.
2. Untuk mengetahui hasil pengukuran uji kualitas air pada Perairan Pantai Tanjung Tiram?

D. Manfaat Praktikum
Manfaat pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung yaitu :
1. Untuk dapat mengidentifikasi Jenis Lamun di Perairan Pantai Tanjung Tiram.
2. Untuk mengetahui hasil pengukuran uji kualitas air pada Perairan Pantai Tanjung Tiram.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem laut di Indonesia mempunyai potensi besar untuk menyerap CO2 sebagai gas utama penyebab utama pemanasan global yang berimplikasi terjadinya perubahan iklim. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai penyerapan gas CO2 adalah padang lamun yang secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir karena padang lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang ada di laut yang memiliki peran penting dalam penyerapan karbon di laut juga melalui proses fotosintesis (Kawaroe, 2005 dalam Setiawan, 2012).
 
Pada struktur tingkatan trofik di perairan dangkal. Tumbuhan lamun merupakan salah satu produsen primer. Sebagi produser, lamun melakukan fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic dari bahan non-organik dengan bantuan sinar matahari. Produksi yang dihasilkan merupakan peran kunci dari lamun karena bisa menghasilkan biomassa, serasah dan tegakan-tegakan yang mempunyai banyak manfaat, baik secara ekologis maupun ekonomis. Padang lamun data melindungi pantai dari gerusan ombak (Koch, et. al., 2006), sebagai tempat hidup, berlindung dan memijah berbagai organisme penyerap dan penyimpan karbon (Nellemann, et. al., 2009 dalam Supriadi, 2012).
 
Lamun (seagrass) adalah satusatunya tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap efektifuntuk berkembang-biak dan mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara (Romimohtarto dan Juwana, 2001) Lamun juga merupakan tumbuhan yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal. Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran (Hemminga and Duarte, 2000 dalam Rappe, 2010).
 
Fungsi lamun tidak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia. Padang lamun di Indonesia mengalami penyusutan luasan 30 - 40 % dari luas keseluruhanya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia secara langsung (Nontji, 2009). Lamun berkurang secara luas terjadi di belahan dunia sebagai akibat dari dampak langsung kegiatan manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), eutrofikasi, budidaya perikanan, pengendapan, pengaruh pembangunan konstruksi pesisir, dan perubahan jaring makanan. Dampak kegiatan manusia termasuk pengaruh negatif dari perubahan iklim (erosi oleh naiknya permukan laut, naiknya 2 penyinaran ultraviolet), baik dari sebab-sebab alami, seperti angin siklon dan banjir. Padang lamun yang mulai hilang ini diduga akan terus meningkat akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Febriyantoro, 2013).
 
Pada padang habitat lamun hidup berbagai macam spesies hewan, yang berasosiasi dengan padang lamun, sebagai contoh menurut Nybakken (1988) diperairan teluk Ambon Ambon ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan yang adalah sebagai penghuni lamun, Hutomo & Martosewojo inDahuri (2003) menemukan 360 spesies di teluk Banten. Sedangkan Nasution (2003) menemukan 33 jenis ikan dari 22 famili di Pulau Bintan; Merryanto (2000) menemukan 72 jenis dari 39 famili ikan yang berasosiasi dengan lamun di teluk Awur Jepara (Kopalit, 2011).

 
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air Di Perairan Pantai Tanjung Tiram dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 10 November 2013 pukul 9.00-14.00 WITA, dan dilanjutkan kembali pada hari Senin, pada tanggal 18 November 2013 pukul 14.00-15.00 WITA. Bertempat di Perairan Tanjung Tiram dan Laboratorium Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari.
 
B. Alat dan Bahan
1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram
No.Nama AlatKegunaan
1.Buku identifikasiUntuk mengidentifikasi lamun
2.Meteran rol Untuk mengukur
3.Tali raffiaUntuk membuat plot
4.Botol AquaSebagai tempat menyimpan lamun
5.Kamera Untuk mengambil gambar
6.Alat tulisUntuk menulis hasil pengamatan
7Snorkel Untuk mengamati lamun didalam air laut


2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram
No.Nama BahanKegunaan
1.Lamun Sebagai objek yang akan diamati
2.Air Sebagai media hidup lamun

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tempat yang di inginkan seperti pantai tanjung tiram.
2. Membuat garis transek sebanyak tiga titik.
3. Membuat plot 1 m x 1 m pada masing-masing titik.
4. Mengamati lamun ada pada setiap plot beserta organisme lain yang ada di dekat lamun yang diamati.
5. Kemudian mengidentifikasi dengan buku identifikasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram dapat dilihat pada Tabel 3.
 
Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun.
NoGambar pada titik IKlasifikasi
1.Cymodocea rotundata
clip_image002
Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
2.Cymodocea rotundata
clip_image002[8]
Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
3.Enhalus acoroides Steud
clip_image002[11]
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis :Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Familia :Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species :Enhalus acoroides Steud
NoGambar pada titik 2Klasifikasi
1.Enhalus acoroides Steud
clip_image002[13]
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis :Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Familia :Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species :Enhalus acoroides Steud
2.Syringodium isoetifolium
clip_image002[15]
Regnum : plantae
Divisi : Anthophyta
Classis : Angiospermae
Familia : Potamogetonacea
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium




NoGambar pada titik 3Klasifikasi
1.Cymodocea rotundata
clip_image002[17]
Regnum : Plantae
Divisio : Antophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Familia : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
2.Cymodocea serrulata
clip_image002[21]
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Potamogetonales
Familia : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea serrulata





Data pengamatan uji kualitas air di Perairan Tanjung Tiram dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pengamatan Uji Kualitas Air di Perairan Tanjung Tiram
No.Kualitas AirLokasi
Titik 1Titik 2Titik 3
1.Suhu33ºC31ºC31ºC
2.Kecerahan42 cm55 cm56 cm


B . Pembahasan

Lamun hidup terendam di perairan laut. Bagian-bagiannya adalah: rhizome, daun (thalus) dan akar. Lamun hidup di lautan yang dangkal dan biasanya menempel pada substrat yang berlumpur, thalusnya tegak berdiri dengan panjang bisa mencapai satu meter (Romimohtarto,2001). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan lamun secara umum adalah kualitas air, substrat dasar perairan. Kualitas air meliputi temperatur, cahaya, salinitas dan nutrien.Temperatur merupakan salah satu faktor ekologi perairan yang sangat penting, karena mempengaruhi proses-proses fisiologis lamun, seperti ketersediaan dan penyerapan, nutrien, respirasi dan siklus protein.
 
Menurut Romimohtarto (2001). Lamun tidak memiliki stomata tapi memiliki kutikula tipis yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari perairan, semua kegiatan lamun di lakukan dalam keadaan terbenam dalam air, dai system perakarannya hingga daur generatifnya. Tumbuhan ini tersusun dari bagian-bagian yang disebut Rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap mendatar serta berbuku-buku, dimana pada buku-buku ini tumbuh batang pendek yang dekat ke atas, berdaun dan berbunga serta terdapat juga akar.sistem perkembangbiakanya bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air (Nybakken, 1992).
 
Pengamatan lamun di perairan pantai Tanjung Tiram dilakukan dengan menggunakan plot didalam air dengan meletakkan sebuah plot tersebut didasar laut yang berukuran 1x1 meter. Namun sebelum itu dibuat garis secara horizontal sepanjang 50 m, dimana setiap 10 m nya diamati oleh kelompok yang berbeda-beda. Lamun yang berada pada plot merupakan objek pengamatan pada praktikum ini. Cara pengamatannya yaitu dengan menggunakan snorkel yang berfungsi untuk mempermudah pengamatan Lamun didalam air. Sampel yang berhasil ditemukan disimpan pada botol aqua dan untuk selanjutnya diidentifikasi dilaboratorium. Dimana pada plot pertama untuk titik pertama dijumpai beberapa jenis lamun yang meliputi Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium.
 
Pengamatan lamun pada titik dua, dilakukan dengan cara yang sama namun tempat plot yang berbeda yaitu dengan menarik garis lurus secara horizontal sepanjang 50 meter dan 50 m ini dibagi 10 m untuk masing-masing keolompok dimana dari garis ini dibuat plot dengan ukuran 1 x 1 meter. Di dalam plot ini terdapat beberapa jenis lamun. Lamun ini kemudian diambil sampelnya dan disimpan di botol aqua kemudian diidentifikasi jenisnya dengan buku identifikasi. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa jenis lamun ini dapat diketahui nama spesiesnya setelah dilakukan pengidentifikasian dengan bantuan buku identifikasi lamun. Dari hasil pengidentifikasian beberapa jenis lamun pada titik dua, diperoleh beberapa spesies lamun yang meliputi Enhalus acoroides Steud dan Syringodium isoetifolium
 
Pengamatan lamun pada titik tiga juga dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan menarik garis lurus secara horizontal sepanjang 50 meter. Dimana dari garis ini dibuat plot dengan ukuran 1 x 1 meter. Di dalam plot ini terdapat beberapa jenis lamun. Beberapa jenis lamun ini merupakan objek pengamatan. Lamun ini kemudian diambil sampelnya dan mengambil gambarnya. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa jenis lamun ini dapat diketahui nama spesiesnya setelah dilakukan pengidentifikasian dengan bantuan buku identifikasi lamun. Dari hasil pengidentifikasian beberapa jenis lamun pada titik dua, diperoleh beberapa spesies lamun yang meliputi Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata.
 
Hasil pengukuran uji kualitas air di Perairan Pantai Tantung Tiram pada titik satu suhunya berada pada 33ºC, pada titik 2 suhunya 31ºC dan pada titik 3 suhu air laut diperoleh 31ºC. Suhu air laut di perairan Pantai Tanjung Tiram dari ketiga titik tersebut masih tergolong normal karena masih berkisar antara 30ºC - 35ºC. Lamun yang hidup pada suhu ini juga keadaannya masih normal karena masih berada pada suhu yang pas untuk habitat dari bento itu sendiri. Untuk pengukuran kecerahan kualitas air pada titik 1 dengan kedalaman 42 cm, pada titik 2 diperoleh kecerahan kualitas air 55 cm dan pada titik ketiga 56 cm, Menurut Sastrawijaya (1991), cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut tinggi. Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor antara lain adanya bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air yang mengakibatkan air menjadi keruh.


V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tanjung Tiram, dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
  1. Identifikasi Jenis Lamun, ada beberapa jenis lamun yang hidup di perairan Pantai Tanjung Tiram yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulat, Syringodium isoetifolium, dan Enhalus acoroides Steud.
  2. Hasil pengukuran uji kualitas air di Perairan Pantai Tantung Tiram pada titik satu suhunya berada pada 33ºC, pada titik 2 suhunya 31ºC dan pada titik 3 suhu air laut diperoleh 31ºC. Suhu air laut di perairan Pantai Tanjung Tiram dari ketiga titik tersebut masih tergolong normal karena masih berkisar antara 30ºC - 35ºC. Lamun yang hidup pada suhu ini juga keadaannya masih normal karena masih berada pada suhu yang pas untuk habitat dari bento itu sendiri. Untuk pengukuran kecerahan kualitas air pada titik 1 dengan kedalaman 42 cm, pada titik 2 diperoleh kecerahan kualitas air 55 cm dan pada titik ketiga 56 cm.

B. Saran

Saran saya pada praktikum Identifikasi Jenis Lamun dan Uji Kualitas Air di Perairan Pantai Tantung Tiram ini yaitu :
  1. Sebaiknya praktikan tidak melakukan kegiatan lain diluar prosedur kerja praktikum sebelum praktikum selesai.
  2. Untuk asisten sudah bagus cara membimbingnya namun kurang mampu untuk mengarahkan praktikannya untuk melakukan suatu pengamatan karena banyaknya praktikan.
  3. Untuk praktikum kedepannya, sebaiknya jumlah asisten ditambah agar tidak kewalahan saat memberi bimbingan pada praktikannya namun kriteria asisten yang direkrut nantinya memenuhi syarat.


DAFTAR PUSTAKA
Rappe, R.A., 2010, Struktur Komunitas Ikan Pada Padang Lamun yang Berbeda Di Pulau Barrang Lompo, J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2 (2) : 62-73.

Febriyantoro, dkk., 2013, Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun (Enhalus acoroides) di Kawasan Padang Lamun Perairan Prawean Bandengan Jepara, J. Penelitian Kelautan, 1 (1) : 1-10.

Setiawan, F., dkk., 2012, Deteksi Perubahan Padang Lamun Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Kaitannya dengan Kemampuan Menyimpan Karbon di Perairan Teluk Banten, J.Perikanan dan Kelautan, 3 (3) : 275-286.

Kopalit, H., 2011, Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Manokwari Papua Barat, J. Perikanan dan Kelautan, 7 (1) : 9.

Supriadi., Kaswadji, R. F., Bengen, D. G., Hutomo, M., 2012, Produktivitas Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar., J. Akuatika, 3 (2) : 159-160.

LAPORAN KONSERVASI LINGKUNGAN (IDENTIFIKASI JENIS EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HUTAN NANGA-NANGA)

LAPORAN KONSERVASI LINGKUNGAN
PRAKTIKUM I
IDENTIFIKASI JENIS EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HUTAN NANGA-NANGA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015




I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang


Permukaan batuan yang terlapuk dan jika ada aliran air dengan tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan yang disebut erosi. Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin atau es.

Erosi juga dapat didefenisikan sebagai  peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian  biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktek konservasi ladang dan penanaman pohon. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum identifikasi erosi di Hutan Nanga-nanga.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana mengidentifikasi jenis erosi yang terdapat pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifkasi jenis erosi yang terdapat pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga.

D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh dari paraktikum ini yaitu dapat mengindentifikasi jenis erosi yang terdapat pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga.




II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosi

Erosi merupakan masalah yang besar terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Sumatera Selatan. Sebenarnya erosi masih terjadi walaupun tanah dibawah vegetasi hutan, walau demikian jumlahnya kecil atau dikatakan masih dibawah toleransi sekitar 11 ton/ha/th. Begitu lahan dibuka untuk pertanian maka biasanya erosi akan dipercepat, selanjutnya kesuburan tanah juga akan cepat menurun. Kesuburan tanah yang menurun disebabkan oleh terbawanya unsur bersama tanah yang tererosi, disamping pencucian secara lateral di lahan yang miring, seperti pada tabel berikut yang merupakan hasil penelitian selama 6 tahun (Castro dan Rodriguez 1955, dalam Sanchez, 1976).

Di Indonesia, erosi yang terjadi juga sangat besar, terutama di tanah-tanah yang diberakan atau lahan yang baru dibuka dimana tanaman utama belum menutupi tanah. Pada tanah Regosol yang ditanami jagung dan dibuat teras gulud dan bangku telah dapat menekan kehilangan hara sebesar 80 hingga 95%, dan menekan kehilangan tanah dari 8 mm menjadi 1.6 dan 0.4 mm (Carson dan Utomo, 1986).

B. Daerah Aliran Sungai
 
Pemanfaatan lahan di daerah hulu sungai awalnya didominasi oleh hutan, kemudian banyak dialih fungsikan untuk kegiatan lain. Hal ini terjadi akibat intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Arsyad, 2000).

Pengalihan fungsi hutan baik untuk keperluan pertanian maupun keperluan lainnya memerlukan pemikiran secara seksama dalam pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan terhadap sumberdaya lahan yang terbatas. Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi sangat potensial terhadap erosi permukaan yang akan menyebabkan degradasi lahan (Asdak, 2002).

Demikian halnya dengan volume aliran permukaan akan meningkat seiring dengan berkurangnya penutupan lahan dan mengabaikan teknik-teknik konservasi tanah dalam pengelolaannya. Apabila tidak mendapat perhatian yang serius, maka produktifitas lahan akan terus menurun yang nantinya mempengaruhi produksi hasil pertanian. Pengetahuan akan keadaan spesifik suatu daerah sangat penting dalam tujuan pengelolaan pertanian lokal dan sumber daya air. Pengelolaan sumber daya tanah dan air untuk meningkatkan produksi pertanian sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan pembangunan suatu daerah (Singh et al, 1998).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Mei 2015 pukul 09.00-selesai. Dan bertempat di Hutan Nanga-nanga, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama alat dan kegunaannya
No.Nama AlatKegunaan
1KameraUntuk mendokumentasikan objek pengamatan
2Alat tulis menulisUntuk mencatat hasil pengamatan
3Meteran Untuk mengukur panjang dan lebar dan tinggi jenis erosi

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama bahan dan kegunaannya
No.Nama AlatKegunaan
1Buku identififkasiSebagai panduan pengamatan jenis-jenis erosi
2Hutan dan DAS Nanga-nanga Sebagai objek pengamatan

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik lokasi pengamatan.
2. Melakukan observasi sepanjang aliran sungai dan sekaligus mengidentifikasi jenis-jenis erosi dengan menggunakan buku panduan.
3. Mengukur panjang dan lebar setiap jenis-jenis erosi yang teridentifikasi.
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan dan dilakukan analisis menggunakan tabel dan gambar.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan jenis-jenis erosi
NoJenis ErosiGambar ErosiKarakteristik
1.Erosi Lapik (Pedestal)clip_image002

Ukuran lapang (p.l): 1,8 m x 1,2 m.
Terjadi di sekitar pangkal pohon karena tanah di sekitar pangkal pohon tersebut tererosi atau terangkut oleh aliran permukaan. Sedangkan tanah yang tepat terdapat atau terlindung di bawah pangkal pohon, tidak tererosi.

2.Erosi tebing sungai (River bank erosion)clip_image004

Ukuran lapang (p.l): 4,5 m x 0,7 m.
Terjadi akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir atau terjangan aliran sungai yang kuat pada sungai. Lebih jauh akan menyebabkan tumbangnya pohon sekitar tebing. Oleh karena itu, penting untuk memelihara strip tumbuhan sepanjang sungai berupa rumput, semak, atau hutan sepanjang tebing sungai serta pembuatan teras bangku yang baik untuk melindungi tebing.

3.Erosi Alur (Riil erosion)clip_image006

Ukuran lapang (l.t) : 14 cm x 5 cm
Pengangkutan tanah yang terdiri dari 2 pada aliran-aliran kecil sehingga alur membentuk parit kecil dan dangkal. Terjadi tidak merata pada permukaan tanah tetapi terkosentrasi pada suatu alur tertentu. Kecenderungan erosi terjadi akibat aliran-aliran kecil pada sungai serta sifat fisik tanah ataupun bekas menarik balok kayu.

4.Erosi parit (Gully erosion)clip_image008
clip_image010

Ukuran lapang (l.t): 55,3 cm x 31 cm.
Terjadi sama dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk sudah demikian besarnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Ukuran yang baru terbentuk mencapai lebar 55,3 cm dan kedalaman sekitar 31 cm. Erosi lanjut akan mencapai kedalaman 30 m. Berbentuk V atau U tergantung kepekaan substratnya. Bentuk V umum ditemukan.

5.Longsor (Landslide)clip_image012

Ukuran lapang : berkisar 15 – 20 m3
Suatu bentuk erosi dengan pengangkutan atau pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar. Terjadi sekaligus akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan kedap air yang jenuh air.


B. Pembahasan

Erosi merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air. Erosi pada dasarnya pemerataan permukaan bumi. Proses ini merupakan masalah serius terutama dalam pengelolaan daerah aliran sungai dan merupakan tahap awal terjadinya proses sedimentasi. Proses ini juga akan berakibat pada menurunnya fungsi dan umur waduk, serta pendangkalan pada saluran-saluran air. Keseluruhan peristiwa itu menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik dari tinjauan finansial maupun tinjauan ekologi.

Ada dua tipe erosi yaitu erosi normal dan erosi yang dipercepat. Erosi normal (geological erosion) adalah merupakan erosi yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk sedangkan erosi dipercepat (accelerated erosion) merupakan erosi yang dipercepat akibat kegiatan manusia yang mengganggu keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak daripada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah dipermukaan (top soil) menjadi hilang.

Pada pengamatan erosi di daerah aliran sungai Nanga-nanga ditemukan beberapa macam erosi seperti erosi lapik (pedestal) dengan ukuran lapang (p.l) 1,8 m x 1,2 m, yang terjadi di sekitar pangkal pohon karena tanah di sekitar pangkal pohon tersebut tererosi atau terangkut oleh aliran permukaan. Sedangkan tanah yang tepat terdapat atau terlindung di bawah pangkal pohon, tidak tererosi. Jenis erosi yang berikutnya adalah erosi tebing sungai (river bank erosion) dengan ukuran U lapang (p.l) 4,5 m x 0,7 m, yang terjadi akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir atau terjangan aliran sungai yang kuat pada sungai. Lebih jauh akan menyebabkan tumbangnya pohon sekitar tebing. Oleh karena itu, penting untuk memelihara strip tumbuhan sepanjang sungai berupa rumput, semak, atau hutan sepanjang tebing sungai serta pembuatan teras bangku yang baik untuk melindungi tebing.

Erosi alur (riil erosion) dengan ukuran lapang (l.t) 14 cm x 5 cm ditemukan pada DAS Hutan Nanga-nanga yang merupakan hasil pengangkutan tanah yang terdiri dari 2 pada aliran-aliran kecil sehingga alur membentuk parit kecil dan dangkal. Terjadi tidak merata pada permukaan tanah tetapi terkosentrasi pada suatu alur tertentu. Kecenderungan erosi terjadi akibat aliran-aliran kecil pada sungai serta sifat fisik tanah ataupun bekas menarik balok kayu. Erosi parit (gully erosion) dengan ukuran lapang (l.t): 55,3 cm x 31 cm juga terdapat pada DAS Nanga-nanga yang terjadi sama dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk sudah demikian besarnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Ukuran yang baru terbentuk mencapai lebar 55,3 cm dan kedalaman sekitar 31 cm. Erosi lanjut akan mencapai kedalaman 30 m. Berbentuk V atau U tergantung kepekaan substratnya. Bentuk V umum ditemukan. Erosi terakhir yang ditemukan pada DAS Hutan Raya Nanga-nanga adalah longsor (landslide) yang ukuran lapangnya berkisar 15 – 20 m3 dan merupakan suatu bentuk erosi dengan pengangkutan atau pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar. Terjadi sekaligus akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan kedap air yang jenuh air.

Tanah bisa mengalami kerusakan, bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah mengalami kerusakan, Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah. Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi disebabkan oleh kemunduran sifat – sifat kimia dan fisik tanah, yakni kehilangan unsur hara dan bahan organik, menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, serta berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas.

Di tempat lain, erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut diendapkan di tempat lain yaitu, di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan di atas tanah pertanian. Sebab–sebab erosi tanah karena beberapa hal berikut yaitu tanah gundul atau tidak ada tanamannya, tanah miring tidak dibuat teras–teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang lurus, tanah tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi. Pada tanah di kawasan hutan rusak karena pohon–pohon ditebang secara liar sehingga hutan menjadi gundul, dan pada permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembalaan liar sehingga tanah atas semakin rusak. Sebagai usaha untuk mengurangi erosi tanah dapat dilakukan upaya–upaya konservasi. Tujuan konservasi tanah adalah untuk menjaga agar tanah tidak tererosi. Usaha–usaha konservasi tanah ditujukan untuk menjegah kerusakan, memperbaiki dan meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini yaitu erosi yang dapat terindentifikasi pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga adalah erosi lapik (pedestal), erosi tebing sungai (river bank erosion), erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), dan longsor (landslide).

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah jenis erosi yang masih belum dapat terindentifikasi semoga dapat terindentifikasi oleh praktikan lain kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 2000, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.
Asdak, C., 2002, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, UGM Press, Yogyakarta.
Carson, B., dan W.H., Utomo, 1986, Erosion and sediment processes in Java, Coorperation Ford Foundation with Department of Agriculture Republic of Indonesia.
Sanchez, H.P., 1976, Properties and management of soil in the tropics, John Wiley and Sons, New York.
Singh, R., Subramanian, K., and Refsgaard, J.C., 1999, Hydrological Modelling of Small Watershed Using MIKE SHE for Irrigation Planning. Elsevier, J. Agricultural Water Management, (41) : 146-166.

logo-baruuhobisa