Tuesday 17 November 2015

LAPORAN KONSERVASI LINGKUNGAN (IDENTIFIKASI JENIS EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HUTAN NANGA-NANGA)

LAPORAN KONSERVASI LINGKUNGAN
PRAKTIKUM I
IDENTIFIKASI JENIS EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HUTAN NANGA-NANGA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015




I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang


Permukaan batuan yang terlapuk dan jika ada aliran air dengan tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan yang disebut erosi. Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin atau es.

Erosi juga dapat didefenisikan sebagai  peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian  biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktek konservasi ladang dan penanaman pohon. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum identifikasi erosi di Hutan Nanga-nanga.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana mengidentifikasi jenis erosi yang terdapat pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifkasi jenis erosi yang terdapat pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga.

D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh dari paraktikum ini yaitu dapat mengindentifikasi jenis erosi yang terdapat pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga.




II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosi

Erosi merupakan masalah yang besar terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Sumatera Selatan. Sebenarnya erosi masih terjadi walaupun tanah dibawah vegetasi hutan, walau demikian jumlahnya kecil atau dikatakan masih dibawah toleransi sekitar 11 ton/ha/th. Begitu lahan dibuka untuk pertanian maka biasanya erosi akan dipercepat, selanjutnya kesuburan tanah juga akan cepat menurun. Kesuburan tanah yang menurun disebabkan oleh terbawanya unsur bersama tanah yang tererosi, disamping pencucian secara lateral di lahan yang miring, seperti pada tabel berikut yang merupakan hasil penelitian selama 6 tahun (Castro dan Rodriguez 1955, dalam Sanchez, 1976).

Di Indonesia, erosi yang terjadi juga sangat besar, terutama di tanah-tanah yang diberakan atau lahan yang baru dibuka dimana tanaman utama belum menutupi tanah. Pada tanah Regosol yang ditanami jagung dan dibuat teras gulud dan bangku telah dapat menekan kehilangan hara sebesar 80 hingga 95%, dan menekan kehilangan tanah dari 8 mm menjadi 1.6 dan 0.4 mm (Carson dan Utomo, 1986).

B. Daerah Aliran Sungai
 
Pemanfaatan lahan di daerah hulu sungai awalnya didominasi oleh hutan, kemudian banyak dialih fungsikan untuk kegiatan lain. Hal ini terjadi akibat intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Arsyad, 2000).

Pengalihan fungsi hutan baik untuk keperluan pertanian maupun keperluan lainnya memerlukan pemikiran secara seksama dalam pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan terhadap sumberdaya lahan yang terbatas. Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi sangat potensial terhadap erosi permukaan yang akan menyebabkan degradasi lahan (Asdak, 2002).

Demikian halnya dengan volume aliran permukaan akan meningkat seiring dengan berkurangnya penutupan lahan dan mengabaikan teknik-teknik konservasi tanah dalam pengelolaannya. Apabila tidak mendapat perhatian yang serius, maka produktifitas lahan akan terus menurun yang nantinya mempengaruhi produksi hasil pertanian. Pengetahuan akan keadaan spesifik suatu daerah sangat penting dalam tujuan pengelolaan pertanian lokal dan sumber daya air. Pengelolaan sumber daya tanah dan air untuk meningkatkan produksi pertanian sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan pembangunan suatu daerah (Singh et al, 1998).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Mei 2015 pukul 09.00-selesai. Dan bertempat di Hutan Nanga-nanga, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama alat dan kegunaannya
No.Nama AlatKegunaan
1KameraUntuk mendokumentasikan objek pengamatan
2Alat tulis menulisUntuk mencatat hasil pengamatan
3Meteran Untuk mengukur panjang dan lebar dan tinggi jenis erosi

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama bahan dan kegunaannya
No.Nama AlatKegunaan
1Buku identififkasiSebagai panduan pengamatan jenis-jenis erosi
2Hutan dan DAS Nanga-nanga Sebagai objek pengamatan

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik lokasi pengamatan.
2. Melakukan observasi sepanjang aliran sungai dan sekaligus mengidentifikasi jenis-jenis erosi dengan menggunakan buku panduan.
3. Mengukur panjang dan lebar setiap jenis-jenis erosi yang teridentifikasi.
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan dan dilakukan analisis menggunakan tabel dan gambar.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan jenis-jenis erosi
NoJenis ErosiGambar ErosiKarakteristik
1.Erosi Lapik (Pedestal)clip_image002

Ukuran lapang (p.l): 1,8 m x 1,2 m.
Terjadi di sekitar pangkal pohon karena tanah di sekitar pangkal pohon tersebut tererosi atau terangkut oleh aliran permukaan. Sedangkan tanah yang tepat terdapat atau terlindung di bawah pangkal pohon, tidak tererosi.

2.Erosi tebing sungai (River bank erosion)clip_image004

Ukuran lapang (p.l): 4,5 m x 0,7 m.
Terjadi akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir atau terjangan aliran sungai yang kuat pada sungai. Lebih jauh akan menyebabkan tumbangnya pohon sekitar tebing. Oleh karena itu, penting untuk memelihara strip tumbuhan sepanjang sungai berupa rumput, semak, atau hutan sepanjang tebing sungai serta pembuatan teras bangku yang baik untuk melindungi tebing.

3.Erosi Alur (Riil erosion)clip_image006

Ukuran lapang (l.t) : 14 cm x 5 cm
Pengangkutan tanah yang terdiri dari 2 pada aliran-aliran kecil sehingga alur membentuk parit kecil dan dangkal. Terjadi tidak merata pada permukaan tanah tetapi terkosentrasi pada suatu alur tertentu. Kecenderungan erosi terjadi akibat aliran-aliran kecil pada sungai serta sifat fisik tanah ataupun bekas menarik balok kayu.

4.Erosi parit (Gully erosion)clip_image008
clip_image010

Ukuran lapang (l.t): 55,3 cm x 31 cm.
Terjadi sama dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk sudah demikian besarnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Ukuran yang baru terbentuk mencapai lebar 55,3 cm dan kedalaman sekitar 31 cm. Erosi lanjut akan mencapai kedalaman 30 m. Berbentuk V atau U tergantung kepekaan substratnya. Bentuk V umum ditemukan.

5.Longsor (Landslide)clip_image012

Ukuran lapang : berkisar 15 – 20 m3
Suatu bentuk erosi dengan pengangkutan atau pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar. Terjadi sekaligus akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan kedap air yang jenuh air.


B. Pembahasan

Erosi merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air. Erosi pada dasarnya pemerataan permukaan bumi. Proses ini merupakan masalah serius terutama dalam pengelolaan daerah aliran sungai dan merupakan tahap awal terjadinya proses sedimentasi. Proses ini juga akan berakibat pada menurunnya fungsi dan umur waduk, serta pendangkalan pada saluran-saluran air. Keseluruhan peristiwa itu menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik dari tinjauan finansial maupun tinjauan ekologi.

Ada dua tipe erosi yaitu erosi normal dan erosi yang dipercepat. Erosi normal (geological erosion) adalah merupakan erosi yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk sedangkan erosi dipercepat (accelerated erosion) merupakan erosi yang dipercepat akibat kegiatan manusia yang mengganggu keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak daripada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah dipermukaan (top soil) menjadi hilang.

Pada pengamatan erosi di daerah aliran sungai Nanga-nanga ditemukan beberapa macam erosi seperti erosi lapik (pedestal) dengan ukuran lapang (p.l) 1,8 m x 1,2 m, yang terjadi di sekitar pangkal pohon karena tanah di sekitar pangkal pohon tersebut tererosi atau terangkut oleh aliran permukaan. Sedangkan tanah yang tepat terdapat atau terlindung di bawah pangkal pohon, tidak tererosi. Jenis erosi yang berikutnya adalah erosi tebing sungai (river bank erosion) dengan ukuran U lapang (p.l) 4,5 m x 0,7 m, yang terjadi akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir atau terjangan aliran sungai yang kuat pada sungai. Lebih jauh akan menyebabkan tumbangnya pohon sekitar tebing. Oleh karena itu, penting untuk memelihara strip tumbuhan sepanjang sungai berupa rumput, semak, atau hutan sepanjang tebing sungai serta pembuatan teras bangku yang baik untuk melindungi tebing.

Erosi alur (riil erosion) dengan ukuran lapang (l.t) 14 cm x 5 cm ditemukan pada DAS Hutan Nanga-nanga yang merupakan hasil pengangkutan tanah yang terdiri dari 2 pada aliran-aliran kecil sehingga alur membentuk parit kecil dan dangkal. Terjadi tidak merata pada permukaan tanah tetapi terkosentrasi pada suatu alur tertentu. Kecenderungan erosi terjadi akibat aliran-aliran kecil pada sungai serta sifat fisik tanah ataupun bekas menarik balok kayu. Erosi parit (gully erosion) dengan ukuran lapang (l.t): 55,3 cm x 31 cm juga terdapat pada DAS Nanga-nanga yang terjadi sama dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk sudah demikian besarnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Ukuran yang baru terbentuk mencapai lebar 55,3 cm dan kedalaman sekitar 31 cm. Erosi lanjut akan mencapai kedalaman 30 m. Berbentuk V atau U tergantung kepekaan substratnya. Bentuk V umum ditemukan. Erosi terakhir yang ditemukan pada DAS Hutan Raya Nanga-nanga adalah longsor (landslide) yang ukuran lapangnya berkisar 15 – 20 m3 dan merupakan suatu bentuk erosi dengan pengangkutan atau pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar. Terjadi sekaligus akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan kedap air yang jenuh air.

Tanah bisa mengalami kerusakan, bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah mengalami kerusakan, Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah. Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi disebabkan oleh kemunduran sifat – sifat kimia dan fisik tanah, yakni kehilangan unsur hara dan bahan organik, menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, serta berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas.

Di tempat lain, erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut diendapkan di tempat lain yaitu, di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan di atas tanah pertanian. Sebab–sebab erosi tanah karena beberapa hal berikut yaitu tanah gundul atau tidak ada tanamannya, tanah miring tidak dibuat teras–teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang lurus, tanah tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi. Pada tanah di kawasan hutan rusak karena pohon–pohon ditebang secara liar sehingga hutan menjadi gundul, dan pada permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembalaan liar sehingga tanah atas semakin rusak. Sebagai usaha untuk mengurangi erosi tanah dapat dilakukan upaya–upaya konservasi. Tujuan konservasi tanah adalah untuk menjaga agar tanah tidak tererosi. Usaha–usaha konservasi tanah ditujukan untuk menjegah kerusakan, memperbaiki dan meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini yaitu erosi yang dapat terindentifikasi pada kawasan DAS Hutan Nanga-nanga adalah erosi lapik (pedestal), erosi tebing sungai (river bank erosion), erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), dan longsor (landslide).

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah jenis erosi yang masih belum dapat terindentifikasi semoga dapat terindentifikasi oleh praktikan lain kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 2000, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.
Asdak, C., 2002, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, UGM Press, Yogyakarta.
Carson, B., dan W.H., Utomo, 1986, Erosion and sediment processes in Java, Coorperation Ford Foundation with Department of Agriculture Republic of Indonesia.
Sanchez, H.P., 1976, Properties and management of soil in the tropics, John Wiley and Sons, New York.
Singh, R., Subramanian, K., and Refsgaard, J.C., 1999, Hydrological Modelling of Small Watershed Using MIKE SHE for Irrigation Planning. Elsevier, J. Agricultural Water Management, (41) : 146-166.

logo-baruuhobisa

0 komentar:

Post a Comment